1.
Nifas
a. Pengertian
Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa Latin,
yaitu puer yang artinya bayi dan parous yang artinya melahirkan atau
berarti masa sesudah melahirkan. Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan
kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali
organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu
(Saleha, 2009).
b. Tahap
masa nifas
Tahapan yang terjadi pada masa nifas
adalah sebagai berikut:
1) Periode
immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai
dengan 24 jam. Pada masa ini sering terjadi masalah, seperti perdarahan karena
atonia uteri.
2) Periode early
postpartum (24 jam – 1 minggu)
Pada fase ini bidan harus memastikan
involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lokhea tidak berbau busuk,
tidak demam, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
3). Periode late
postpartum (1 minggu – 5 minggu)
Pada periode ini bidan sebaiknya tetap
melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari–hari serta konseling KB (Saleha,
2009).
Secara garis besar terdapat tiga proses
penting dalam masa nifas, yaitu:
1) Pengecilan rahim atau involusi
Pada wanita tidak hamil, berat rahim
sekitar 30 gram dengan ukuran kurang lebih sebesar telur ayam. Selama hamil,
makin lama rahim semakin membesar. Setelah persalinan, umumnya berat rahim
menjadi 1000 gram dan dapat diraba kira-kira 2 jari dibawah umbilikus. Setelah
1 minggu kemudian beratnya berkurang menjadi sekitar 500 gram. 2 minggu
berikutnya menjadi 500 gram dan tidak teraba lagi. Jadi secara alamiah rahim akan kembali ke bentuk
semula. (Saleha, 2009)
2) Kekentalan darah (Hemokonsentrasi) kembali
normal
Selama hamil darah ibu relatif encer,
karena cairan darah ibu banyak, sementara sel darahnya berkurang. Oleh karena
itu selama hamil ibu memerlukan obat penambah darah, sehingga sel-sel darahnya
bertambah sehingga hemoglobinnya normal. Setelah melahirkan, sistem sirkulasi
darah ibu akan kembali seperti semula.
3) Proses laktasi atau menyusui
Proses ini timbul setelah plasenta lahir.
Biasanya ASI keluar 2-3 hari setelah persalinan (Saleha, 2009).
c. Adaptasi Psikologis pada masa nifas
Menurut Reva Rubin dalam Saleha (2009) adaptasi psikologis masa nifas dibagi menjadi tiga
tahap yaitu:
1) Taking in periode
Terjadi 1-2 hari setelah persalinan, ibu
sangat pasif dan tergantung pada orang lain, fokus perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman
melahirkan serta kebutuhan nafsu makan meningkat.
2) Taking
hold periode
Berlangsung 3-4
hari postpartum, ibu lebih berkonsentrasi untuk merawat bayinya. Pada masa ini ibu
sangat sensitif sehingga memerlukan bimbingan dan dorongan perawat untuk
mengatasi kritikan yang dialami ibu.
3) Letting
go periode
Dialami setelah ibu dan bayi berada di
rumah. Ibu mulai menerima dengan sepenuh hati tanggung jawabnya sebagai
”seorang ibu” dan menyadari bahwa kebutuhan bayi sangat bergantung padanya.
a. Kebutuhan ibu masa nifas
1) Nutrisi dan cairan
Pada masa nifas masalah diet perlu
mendapat perhatian serius. Dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat
penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi susunan air susu. Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan gizi sebagai berikut:
a) Mengonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
b) Makan makanan yang mengandung protein,
mineral, vitamin cukup.
c) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.
d) Meminum tablet penambah darah setidaknya
selama 40 hari pasca persalinan.
e) Meminum vitamin A 200.000 unit agar dapat
memberi vitamin A pada bayinya melalui ASI.
2) Ambulasi dini
Ambulasi dini adalah kebijaksanaan
agar secepat mungkin bidan membimbing ibu post
partum bangun dari tempat tidurnya dan membimbing ibu untuk belajar
berjalan.
3) Eliminasi
a) Buang air kecil
Ibu diminta untuk buang air kecil 6
jam setelah persalinan. Jika dalam 8 jam pasca persalinan ibu belum buang air
kecil atau sekali berkemih tidak lebih dari 100 cc, maka dilakukan kateterisasi.
b) Buang air besar
Ibu post partum diharapkan dapat buang air besar setelah hari kedua post partum. Jika hari ketiga belum buang air besar maka perlu
diberi obat pencahar per oral atau per rektal.
4) Personal higiene
Pada masa post partum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat
penting untuk pencegahan infeksi.
5) Istirahat dan tidur
Hal-hal yang dapat dilakukan ibu untuk
memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur adalah:
a) Anjurkan ibu untuk cukup istirahat untuk
mencegah kelelahan
b) Sarankan ibu untuk kembali pada aktifitas
semula secara perlahan-lahan
c) Kurang istirahat dapat mempengaruhi beberapa
hal diantaranya :
(1) Mengurangi produksi ASI
(2) Memperlambat proses involusi uterus dan
memperbanyak perdarahan
(3) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya
sendiri
6) Aktivitas seksual
Aktivitas seksual yang dapat dilakukan
oleh ibu masa nifas harus memenuhi syarat sebagai berikut ini.
a) Secara fisik aman untuk memulai hubungan
suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukan satu atau dua
jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri,maka ibu aman untuk melakukan hubungan
suami istri
b) Banyak budaya yang menunda hubungan suami
istri sampai waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu pasca
persalinan. Keputusan ini bergantung pasangan yang bersangkutan
2. Air Susu Ibu ( ASI )
a. Pengertian
ASI
adalah makanan yang khusus diciptakan Tuhan untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi
dan melindunginya dari serangan penyakit. Didalamnya terkandung lebih dari 100
jenis zat gizi (Hero, 2008). Sedangkan menurut Saleha (2009) ASI merupakan nutrisi alamiah terbaik bagi bayi
karena mengandung kebutuhan energi dan zat yang dibutuhkan selama enam bulan
pertama kehidupan bayi.
b. Komposisi ASI
Jenis air susu yang dikeluarkan oleh ibu ternyata memiliki kandungan
berbeda. Menurut Saleha (2009),
komposisi ASI dibedakan menjadi tiga yaitu:
1) Kolostrum
ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga setelah bayi
lahir. Kolostrum merupakan cairan agak kental berwarna kekuning-kuningan, lebih
kuning dibanding dengan ASI mature, bentuknya agak kasar karena mengandung
butiran lemak dan sel-sel epitel. Mengandung kadar protein tinggi dan mengandung
zat antibodi sehingga mampu melindungi bayi dari berbagai penyakit.
2)
Air Susu Masa Transisi atau Peralihan
ASI yang dihasilkan mulai hari keempat sampai hari kesepuluh. Kadar protein makin rendah,
sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin tinggi serta volumenya juga akan
meningkat.
3) Air Susu Matur
ASI yang
dihasilkan mulai hari kesepuluh sampai seterusnya. ASI ini merupakan makanan
satu-satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai usia 6 bulan.
Merupakan suatu cairan berwarna kekuning-kuningan yang diakibatkan warna dari
garam kalsium caseinat, riboflavin, dan karoten yang terdapat didalamnya.
c. Manfaat Pemberian ASI
1) Bagi bayi
a)
Mengurangi
risiko infeksi.
b)
Meningkatkan
daya tahan tubuh.
c)
Membentuk
sistem pencernaan yang sehat.
d)
Meningkatkan
kecerdasan.
e)
Mempererat jaringan kasih sayang antara anda dan buah hati. kontak kulit
selama menyusui meningkatkan hubungan emosiaonal antara ibu dan bayi
f)
Mengurangi risiko obesitas di kemudian hari (Hero, 2008).
1) Bagi ibu
a)
Membantu ibu dalam proses pemulihan setelah
persalinan.
b)
Membantu ibu dalam proses penurunan berat badan.
c)
Ibu yang menyusui dapat meminimalkan kemungkinan terjadinya kehamilan.
d) Pemberian ASI adalah cara
terbaik bagi ibu untuk mencurahkan kasih saying pada buah hatinya.
2) Bagi semua orang
a)
ASI selalu bersih dan bebas hama yang dapat menyebabkan infeksi.
b)
Pemberian ASI tidak memerlukan persiapan khusus.
c)
ASI
selalu tersedia dan gratis
d) Bila ibu memberikan ASI pada bayinya
sewaktu-waktu ketika bayi meminta (on
demand) maka kecil kemungkinan bagi ibu
untuk hamil dalam 6 bulan pertama sesudah melahirkan (Sulistyawati, 2009).
3. Menyusui
a. Pengertian
Menyusui
adalah ketrampilan yang dipelajari ibu dan bayi, dimana keduanya membutuhkan
waktu dan kesabaran untuk pemenuhan nutrisi pada bayi (Suryani, 2007). Menyusui
adalah proses pemberian susu kepada bayi dengan ASI dari payudara ibu (Wikipedia,
2008).
b.
Cara Menyusui
Ada
berbagai macam posisi menyusui. Cara menyusui yang tergolong biasa dilakukan
adalah dengan duduk, berdiri, atau berbaring. Ada posisi khusus yang berkaitan
dengan situasi tertentu seperti ibu pasca operasi sesar. Bayi diletakan di
samping kepala ibu dengan kaki di atas. Menyusui bayi kembar dilakukan dengan
cara seperti memegang bola. Kedua bayi disusui bersamaan, di payudara kiri dan
kanan. Pada ASI yang memancar (penuh), bayi ditengkurapkan di atas dada ibu,
tangan ibu sedikit menahan kepala bayi, dengan posisi ini maka bayi tidak akan
tersedak (Ieda dkk, 2007).
Gambar 1.
Beberapa Posisi Menyusui Yang Benar
Gambar 2.
Posisi Menyusui Yang Benar
Gambar 3.
Posisi Menyusui Yang Salah
Gambar 4. Perlekatan
Yang Benar
Gambar 5. Perlekatan
Yang Salah
Gambar 6. Ibu
Bayi Menyangga Payudara Pada Saat Akan Menyusui
Gambar 7. Ibu
Bayi Menyangga Bayinya Selama Menyusui
Gambar 8.
Posisi Menyusui Bayi Kembar
Gambar 9. Posisi Menyusui Bayi Dengan ASI Yang Memancar Atau
Penuh
c. Langkah-langkah menyusui yang
benar sebagai berikut:
1) Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit
kemudian dioleskan pada puting susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai
manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu
2) Bayi diletakkan menghadap perut
ibu/payudara.
a)
Ibu
duduk atau berbaring santai. Bila duduk lebih baik menggunakan kursi yang rendah
agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.
b)
Bayi
dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu dan
bokong bayi terletak pada lengan. Kepala bayi tidak boleh tertengadah dan
bokong bayi ditahan dengan telapak
tangan ibu.
c)
Satu
tangan bayi diletakan di belakang badan ibu, dan yang satu di depan.
d) Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi
menghadap payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi).
e)
Telinga
dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
f)
Ibu
menatap bayi dengan kasih sayang.
3) Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di bawah, jangan
menekan puting susu atau areolanya saja.
4)
Bayi diberi rangsangan untuk membuka
mulut (rooting reflex) dengan cara:
a)
Menyentuh pipi dengan puting
susu.
b)
Menyentuh sisi mulut bayi.
5)
Setelah bayi membuka mulut,
dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dengan puting serta areola
dimasukkan ke mulut bayi.
a)
Usahakan sebagian besar areola
dapat masuk ke dalam mulut bayi, sehingga puting susu berada di bawah
langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan
ASI yang terletak di bawah areola.
b)
Setelah bayi mulai mengisap,
payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi.
6)
Setelah
menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya ganti menyusui pada
payudara yang lain.
7) Cara melepas isapan bayi yaitu:
a)
Jari
kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut bayi.
b)
Dagu
bayi ditekan ke bawah.
8)
Setelah
selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu
dan areola sekitarnya. Biarkan kering dengan
sendirinya.
9)
Menyendawakan
bayi untuk mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah. Cara menyendawakan bayi, yaitu:
a)
Bayi
digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian punggungnya ditepuk
perlahan-lahan atau,
b)
Bayi
tidur tengkurap dipangkuan ibu, kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan.
Gambar 10. Cara Menyendawakan bayi
Jika bayi sudah cukup minum ASI atau
sudah kenyang, biasanya bayi akan melepaskan isapannya. Bayi kadang-kadang juga
berhenti sejenak sewaktu minum ASI, Jika bayi masih ingin mengisap kembali,
berarti bayi masih belum merasa kenyang.
10) Lama dan frekuensi menyusui disesuaikan
dengan kebutuhan bayi (Ieda dkk, 2007).
d. Masalah Payudara pada Masa Menyusui
Masalah
payudara pada ibu menyusui diantaranya yaitu:
1) Puting lecet
Pada masalah puting lecet,
yang perlu dilakukan adalah memeriksa apakah terjadi infeksi pada puting yang
lecet. Pada keadaan puting lecet yang luka maka dapat dilakukan cara-cara
sebagai berikut:
a)
Ibu
dapat terus memberikan ASInya pada keadaan luka tidak terlalu sakit.
b)
Olesi
puting susu dengan ASI akhir (hind milk),
jangan sekali-kali memberikan obat lain seperti krim, salep, dan lain-lain.
c)
Puting
susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara waktu kurang lebih 1 x 24
jam, dan biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu sekitar 2 x 24 jam.
d)
Selama
puting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan dengan tangan, dan
tidak dianjurkan dengan alat pompa karena nyeri.
e)
Cuci
payudara sekali saja sehari dan tidak dibenarkan untuk menggunakan dengan sabun
(Sulistyawati, 2009).
3)
Payudara bengkak
Perlu
dibedakan antara payudara penuh karena berisi ASI dengan payudara bengkak. Pada
payudara penuh, muncul gejala berupa rasa berat pada payudara, panas dan keras.
Bila diperiksa ASI keluar, dan tidak ada demam. Sedangkan pada payudara
bengkak, payudara oedema, sakit,
puting susu kencang, kulit mengkilat meskipun tidak merah, dan bila
diperiksa/isap AS1 tidak keluar. Badan bisa demam setelah 24 jam. Hal ini
terjadi, antara lain karena produksi ASI meningkat, terlambat menyusukan dini,
perlekatan kurang baik, mungkin kurang sering ASI dikeluarkan dan mungkin juga
ada pembatasan waktu menyusui (sulistyawati, 2009).
Menurut
Saleha (2009), Penanganan terhadap payudara bengkak adalah sebagai berikut:
a) Masase payudara dan ASI diperas dengan tangan sebelum menyusui
b) Kompres
payudara dengan air dingin dan hangat
c) Bayi disusui lebih sering dan
lebih lama.
3) Saluran susu tersumbat
Keadaan ini biasanya disebabkan oleh
tekanan jari ibu yang terlalu kuat saat menyusui, pemakaian bra yang terlalu
ketat dan komplikasi payudara bengkak, yaitu susu terkumpul tidak segera
dikeluarkan.
Penanganan pada saluran susu
tersumbat :
b) Bila
payudara masih terasa penuh keluarkan ASI dengan tangan atau dengan pompa
setelah menyusui
c) Ubah
posisi menyusui untuk memperlancar ASI (Saleha, 2009).
4) Mastitis
Mastitis adalah peradangan pada payudara. Payudara
menjadi merah bengkak, terasa nyeri, dapat terjadi lokal maupun pada seluruh
payudara. Selain itu, payudara keras dan berbenjol-benjol, serta suhu badan
meningkat. Hal ini bisa disebabkan oleh, payudara bengkak yang tidak disusui
secara adekuat, puting lecet yang kemudian menjadi pembengkakan payudara,
pemakaian bra yang terlalu ketat maupun ibu dengan diet yang buruk, kurang
istirahat dan anemia (Saleha, 2009).
Penanganan mastitis yaitu:
a)
Payudara dikompres dengan air
hangat
b)
Untuk
mengurangi rasa sakit diberi pengobatan dengan tablet analgetika
c)
Untuk
mengatasi infeksi diberi pengobatan dengan antibiotika.
d)
Bayi
disusui mulai dengan payudara yang mengalami peradangan, dan ibu jangan
dianjurkan menghentikan menyusui bayinya.
e)
Istirahat yang cukup (Daulat,
2008).
5) Abses Payudara
Harus dibedakan antara mastitis dan abses. Abses payudara merupakan kelanjutan dari mastitis. Hal ini dikarenakan meluasnya peradangan dalam payudara tersebut. Biasanya ibu tanpak lebih parah sakitnya, payudara lebih merah dan mengkilap, benjolan lebih lunak karena berisi nanah.
Penanganan abses payudara :
a) Teknik
menyusui yang benar
b) Kompres air hangan dingin
c) Menyusui, susukan dari yang
sehat
d) Senam laktasi
e) Pengeluaran nanah dan pemberian
antibiotik
f) Rujuk
(Saleha, 2009).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar